Apa Itu Brain Rot? Efeknya Bagi Psikologis Kita dan Cara Mengatasinya

Brain Rot.
Sumber :
  • Pixabay.

Teknodaily – Istilah brain rot, atau yang secara harfiah dapat diterjemahkan menjadi "pembusukan otak," telah menjadi bahasa sehari-hari di dunia maya. Namun, apakah ini sekadar metafora belaka, atau ada implikasi nyata yang patut kita cermati?

Microsoft Incar Beli TikTok

Melalui opini reflektif ini, kita akan menyoroti fenomena brain rot berdasarkan multiperspektif, mulai dari neurologi hingga sosiologi, untuk memahami bagaimana ia bekerja, mengapa ia mengakar, dan bagaimana solusinya.

Sebagai sebuah fenomena modern, brain rot adalah produk sampingan dari kehidupan digital yang tak terelakkan. Ia adalah tanda zaman, manifestasi dari bagaimana otak kita beradaptasi—atau gagal beradaptasi—dengan cara hidup yang sepenuhnya baru.

Kalahkan ChatGPT, DeepSeek Makin Populer

Bayangkan otak manusia sebagai ladang yang subur. Sebuah ladang membutuhkan air untuk menumbuhkan tanaman. Namun, apa yang terjadi jika air terlalu banyak? Alih-alih menyuburkan, banjir akan merusak tanaman, mencabut akarnya, dan mengubah ladang subur menjadi rawa tak produktif.

Ilustrasi media sosial

Photo :
  • Unsplash
Review Enchen Mini 6 Shaver, Alat Cukur Jenggot dan Kumis Portabel

Dalam konteks ini, informasi adalah "air" bagi otak kita. Informasi memang diperlukan untuk perkembangan kognitif, tetapi ketika banjir informasi tak terelakkan—seperti yang kita alami saat ini—otak kita terancam tenggelam dalam kekacauan.

Istilah brain rot sering kali digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang merasa otaknya "tumpul," kesulitan berkonsentrasi, dan kehilangan kemampuan berpikir kritis setelah terlalu banyak terpapar media sosial, video pendek, atau bahkan video games.

Halaman Selanjutnya
img_title