Mau Menang Debat? Fokuslah untuk Mendengar
- Meta
Teknodaily – Banyak orang mengira bahwa debat adalah ajang adu mulut, unjuk suara paling keras, atau adu argumen tajam untuk menghancurkan lawan. Padahal, menurut Mehdi Hasan—seorang jurnalis senior dan penulis buku Win Every Argument—kamu justru kalah saat menjadikan debat sebagai ajang saling sikat.
Debat yang baik bukan soal siapa paling banyak bicara, tapi siapa yang paling tahu kapan harus diam dan kapan harus bertanya. Intinya bukan menang karena volume suara, tapi menang karena strategi berpikir.
Debat yang Cerdas Bukan Tentang “Ngomong”, Tapi “Ngedengerin”
Mehdi Hasan bilang begini,“You don’t need the last word. You need the right word.”
Artinya, kamu gak perlu ngotot bicara sampai akhir. Satu kalimat tepat di waktu yang pas bisa jauh lebih mematikan daripada sepuluh paragraf argumen penuh emosi.
Contohnya? Dalam debat dengan seorang politisi anti-imigran, Mehdi gak menyerang langsung dengan narasi panjang lebar. Ia hanya bertanya:
“Apakah kakek-nenek Anda imigran?”
Politisi itu menjawab, “Iya.”
Lalu Hasan menanggapi:
“Lalu kenapa menolak hak yang sama untuk orang lain?”
Mic drop.
Itu yang disebut tactical empathy—membuat lawan berhadapan dengan kontradiksi dalam dirinya sendiri. Bukan memaksa, tapi menggiring dengan pertanyaan.
Tiga Jurus Debat ala Mehdi Hasan
Kalau kamu ingin lebih tajam saat berargumen, ini 3 strategi utama dari Mehdi Hasan yang bisa kamu tiru:
1. Gunakan pertanyaan, bukan pernyataan.
Pernyataan sering terbaca menyerang. Pertanyaan memancing. Otak manusia lebih terbuka saat diajak mikir, bukan diserang.
2. Pancing kontradiksi lawan.
Biarkan lawan jatuh di jebakan pikirannya sendiri. Kalau kamu bisa menunjukkan bahwa argumennya bertentangan dengan nilai atau fakta yang dia pegang, kamu sudah menang.
3. Serang titik lemah, jangan semua titik.
Debat yang terlalu melebar akan membingungkan. Pilih satu lubang di pertahanan lawan, dan masuk dari situ. Fokus lebih tajam daripada debat serabutan.
Saat Fakta Mengalahkan Retorika
Dalam salah satu momen debat paling viralnya, Mehdi Hasan berhadapan dengan CEO Shell soal perubahan iklim. CEO Shell berkata, “Kami sudah investasi di energi hijau.”
Tapi Hasan langsung membalas,“Hanya 5% dari total investasi Anda yang masuk energi terbarukan. Kok bisa dibilang peduli?”
Seketika suasana hening. CEO-nya kehabisan jawaban. Dan video itu meledak di internet—ditonton lebih dari 50 juta orang.
Apa pelajarannya? Hasan tidak menyerang dengan opini, tapi menggunakan data dari mulut lawan sendiri. Strategi ini jauh lebih susah dibantah.
Tips Praktis Biar Kamu Nggak Kalah Gaya di Meja Debat
Kamu gak harus jadi jurnalis senior buat bisa debat dengan gaya seperti Mehdi Hasan. Cukup terapkan pola berikut:
- Gunakan fakta dan data dari lawan sendiri. Ini senjata yang sulit dibantah.
- Giring lawan untuk menjelaskan berlebihan. Saat mereka over-explain, sering muncul celah logika.
- Tanya lebih banyak, tuduh lebih sedikit. Kalimat seperti “Kenapa kamu pikir begitu?” atau “Bagaimana caranya itu terjadi?” lebih powerful daripada “Kamu salah!”
Debat Hebat Bukan Tentang Keras, Tapi Cerdas
Menang debat bukan soal membungkam lawan dengan suara tinggi. Kemenangan sejati adalah saat lawan kamu kehabisan kata karena menghadapi kontradiksi dirinya sendiri. Dan untuk bisa mencapai titik itu, kamu harus tahu kapan bicara, kapan bertanya, dan kapan diam.
Ingat prinsip Mehdi Hasan: “Debat bukan soal punya kata terakhir. Tapi soal menemukan kata yang paling tepat.”