Achmad Sofiyudin dan Desa Muncar Moncer: Dulu, Kini, dan Nanti
- IG sofi_achmad02
Sofi tahu, kemajuan tak boleh dibayar dengan kehilangan identitas. Ia menolak gagasan komersialisasi yang berlebihan. Desa Muncar tetap terbuka dan gratis untuk dikunjungi, sebuah prinsip yang ia pegang teguh. Berkunjung ke desa ini tidak ditarik tiket masuk. Pendapatan datang dari paket-paket wisata dan homestay. Ekonomi berputar melalui peran serta warga.
Melangkah ke masa depan, Sofi melihat Muncar bukan sekadar destinasi wisata, tapi sebuah pusat percontohan ekowisata dan kewirausahaan berbasis komunitas. Dengan merek dagang "Moncer" yang telah terdaftar dalam HAKI, ia memproteksi identitas desa agar tidak dieksploitasi. Sofi percaya, hanya dengan mempertahankan keaslian dan rasa kebersamaan, Desa Muncar dapat terus tumbuh tanpa kehilangan jiwa.
Masa depan Desa Muncar ada dalam genggaman warganya sendiri—anak-anak muda yang kini terinspirasi untuk tinggal, bekerja, dan membangun desa. Mereka tidak lagi memandang kota sebagai satu-satunya tempat untuk mencari kehidupan. Harapan kini tumbuh di tanah sendiri, berakar pada kopi, budaya, dan rasa saling percaya.
Kisah Desa Muncar yang Semakin Moncer
Kisah Sofi dan Desa Muncar adalah kisah tentang keberanian memaknai perubahan. Dari sebuah desa kecil di kaki gunung, Muncar kini berdiri sebagai simbol bagaimana visi, cinta, dan kerja keras dapat mengubah nasib. Ini bukan sekadar cerita tentang kopi atau pariwisata. Ini adalah cerita tentang iman kepada potensi lokal—tentang seorang pemuda yang melihat apa yang orang lain abaikan, dan tentang desa yang memilih untuk menyala, bukan sekadar bersinar sebentar lalu padam.
Masa depan Desa Muncar mungkin masih jauh di depan, namun jalurnya sudah jelas. Bersama Sofi dan generasi berikutnya, Muncar akan terus moncer—memberi cahaya dan kesejahteraan, tak hanya bagi warganya, tapi juga bagi siapa saja yang berani bermimpi besar di tempat kecil. #BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia