Tinggalkan China, Apple Bakal Impor Lebih Banyak iPhone dari India
- pixabay
Teknodaily – Apple sedang mempertimbangkan untuk mengimpor lebih banyak iPhone dari India guna menghindari tarif tambahan yang tinggi terhadap barang-barang impor dari China, sebagaimana diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pekan lalu.
Laporan Wall Street Journal menyebutkan langkah ini dipandang sebagai solusi jangka pendek oleh Apple sembari berupaya bernegosiasi dengan pemerintahan Trump untuk mendapatkan pengecualian dari kebijakan tarif tersebut, sebagaimana dilansir dari Tech Crunch pada Kamis.
Apple belum berniat untuk merombak rantai pasokan globalnya yang saat ini masih sangat bergantung pada China.
Sebagai perbandingan, sementara tarif baru atas barang buatan Tiongkok mencapai 54 persen, AS hanya mengusulkan tarif sebesar 26 persen untuk barang yang diimpor dari India.
Jika tarif tersebut tetap diberlakukan dan Apple terus mengimpor iPhone dari China, maka sebuah iPhone 16 Pro yang sebelumnya dikenakan biaya impor sebesar US$550, bisa menjadi naik hingga US$300 karena tarif baru.
Menurut analis Bank of America Wamsi Mohan, Apple diperkirakan akan memproduksi 25 juta unit iPhone di India pada tahun ini, dimana sekitar 10 juta unit dialokasikan untuk pasar lokal.
Ia juga menyebutkan bahwa jika seluruh 25 juta unit tersebut diimpor ke AS, maka jumlah itu akan memenuhi sekitar 50 persen kebutuhan pasar iPhone di AS.
Diketahui, Presiden AS Donald Trump menetapkan total tarif terhadap barang impor dari China mencapai 54 persen. Atas tindakan Trump tersebut maka pada 4 April, China mengumumkan pengenaan tarif tambahan 34 persen atas barang-barang asal AS, selain tarif yang sudah berlaku saat ini.
Karena China membalas dengan tarif 34 persen yang sama dengan tarif yang ditetapkan Trump atas barang-barang China, maka Trump pun menambahkan bea masuk 50 persen lagi pada Kamis 9 April 2025 sehingga dengan menghitung pungutan mulai Februari, maka kenaikan tarif kumulatif barang-barang China menjadi 104 persen.
Penerapan tarif tersebut dilakukan Trump dengan alasan untuk menghidupkan kembali basis manufaktur Amerika yang hilang dengan memaksa perusahaan untuk pindah ke AS. (Ant/Antara)