KBA Tanon, Desa Menari yang Kian Berseri

Anak-anak di Desa Tanon sedang menari.
Sumber :
  • YT Satu Indonesia

Teknodaily – Ada yang istimewa di lereng Gunung Telomoyo, tempat di mana embun pagi bersanding mesra dengan tarian. Di sana, berdiri sebuah desa bernama Tanon, yang kini dikenal sebagai Desa Menari—sebuah tempat di mana budaya dan harapan berkelindan dalam ritme yang harmonis. 

Kisah Harianto Albar dan Cahaya yang Tak Pernah Padam

Desa ini tidak hanya hidup dalam langkah-langkah tarian, tetapi juga dalam semangat kebersamaan dan transformasi. Dari langkah-langkah kecil para penari hingga program besar Kampung Berseri Astra (KBA), Tanon menjadi bukti bahwa perubahan tak selalu butuh kemewahan, tetapi yang utama adalah komitmen dan keberanian bermimpi.

Sebuah Mimpi Besar Tanon di Antara Stigma dan Penolakan

Perjalanan menuju kejayaan Desa Menari tidak dimulai dengan hamparan karpet merah. Pada awalnya, banyak warga memandang skeptis rencana Trisno—sosok penggerak di balik perubahan ini. Masyarakat masih lekat dengan mitos-mitos lama.

Menjelang Nyepi, Mengenal Budaya Ogoh-Ogoh, Sejarah dan Makna Filosofis di Dalamnya

Namun, Trisno tak gentar. Sebagai sarjana pertama di Tanon, ia memutuskan kembali ke tanah kelahirannya, menyadari bahwa sejatinya pendidikan tak hanya berarti keluar dari desa, tetapi juga kembali dan membangun desa.

Sutrisno, penggerak desa Menari Tanon.

Photo :
  • YT Satu Indonesia
Destinasi Wisata di Cirebon yang Cocok untuk Liburan Keluarga

Dengan pendekatan yang sabar, ia mendatangkan akademisi untuk membuka wawasan masyarakat. Perlahan, tembok stigma itu runtuh. Trisno meyakinkan warga bahwa keberhasilan bukanlah hasil dari belas kasihan, melainkan buah dari karya nyata. Seperti pepatah yang ia gemakan, “Berkarya lebih baik daripada meminta.” Dari keyakinan ini, Desa Menari perlahan mulai berdiri tegak di atas pondasi harapan dan kerja sama.

Halaman Selanjutnya
img_title