Achmad Sofiyudin dan Desa Muncar Moncer: Dulu, Kini, dan Nanti
- IG sofi_achmad02
Teknodaily – Ada kalanya kisah sebuah desa tak hanya berakhir sebagai cerita usang yang ditelan waktu. Tersembunyi di antara raksasa kembar, Gunung Sumbing dan Sindoro, serta punggung tenang Gunung Prau, Desa Muncar di pelosok Temanggung seperti menanti sentuhan takdir.
Kala pagi meneteskan embun di pucuk-pucuk kopi, harapan hidup yang terselip di tanah itu seperti butiran biji Robusta—gelap, namun menyimpan potensi manis yang harus diolah dengan bijaksana. Di situlah kisah Achmad Sofiyudin dan Desa Muncar bermula, pertemuan antara seorang pemuda visioner dan sebuah desa yang merindukan cahaya.
Cinta yang Tumbuh dari Keheningan
Saat Sofi—begitu ia disapa—pertama kali menjejakkan kakinya di Muncar, ia menemukan lebih dari sekadar perkebunan kopi dan hamparan sawah. Ia menemukan kesederhanaan yang nyaris terlupakan, budaya yang kuat, dan ketenangan yang seakan berbisik, mengajaknya untuk tinggal.
Tetapi keindahan alam itu datang bersama ironi. Kopi yang ditanam dengan cinta oleh para petani hanya dijual dengan harga seadanya, seperti harta karun yang tak pernah diungkap potensinya. Tradisi tua diwariskan tanpa visi, dan masa depan terasa samar di balik kabut pegunungan.
Desa ini seolah terperangkap dalam siklus masa lalu. Para petani memetik kopi hijau tanpa seleksi dan menjualnya tanpa tahu nilai sejati yang terkandung di dalam biji-biji itu. Harga murah menjadi takdir, dan ekonomi desa terperosok dalam keterbatasan.
Namun, semua itu mulai berubah ketika Sofi hadir dengan visi dan keberanian. Sebagai finalis SATU Indonesia Awards 2017 dalam kategori lingkungan, Sofi bukan orang asing dalam membangun harapan dari keterbatasan. Ia sebelumnya telah mengubah Desa Gedong Pass di Semarang menjadi destinasi wisata, dan kini ia diamanahi oleh Astra untuk membawa Muncar menuju masa depan yang lebih cerah.
Muncar yang Moncer di Tangan Sofi
Bagaikan tangan seorang perajin yang menyulap tanah liat menjadi gerabah, Sofi mengolah potensi Muncar. Melalui tangan dinginnya, kopi Robusta Muncar tak lagi sekadar komoditas. Ia menjadi identitas. Tak hanya sekadar bisnis, Sofi membangun Muncar sebagai ruang kreatif yang menautkan tradisi, pertanian, dan pariwisata. Di bawah payung Koperasi Mulyo Migunani, ia menerapkan sistem manajemen modern agar kopi dipetik dengan metode terbaik—petik merah. Dengan itu, harga kopi melonjak dua hingga tiga kali lipat.
Sofi tak hanya mengolah kopi, tapi juga menumbuhkan mimpi-mimpi baru bagi warga desa. Festival Panen Raya Kopi Sang Intan Merah Bhumi Pala menjadi perayaan, bukan hanya bagi hasil panen, tapi juga bagi kebanggaan yang lahir kembali. Kompetisi barista "Fun Brewing V60 Competition" dihelat, mengundang para peracik kopi se-Jawa Tengah dan Yogyakarta. Desa kecil di ujung Temanggung kini menggema dalam dunia kopi nasional.
Melalui Creative Hub di tengah persawahan, Sofi mengajak setiap generasi untuk bergabung. Sebuah jembatan titian dibangun tanpa mengorbankan galengan sawah, menghadirkan ruang yang berfungsi sebagai penghubung, tempat di mana ide-ide dari anak muda dan tradisi para tetua bersilangan. Desa Muncar tak hanya hidup, tapi kini juga berdenyut dengan semangat kreatif yang tak pernah padam.
Paket-paket wisata seperti Agroforestry Adventure dan Coffee and Sugar Journey membawa wisatawan dalam perjalanan menyelami alam dan budaya desa. Homestay dibuka, tak hanya menawarkan tempat tinggal, tapi juga pengalaman otentik bersama warga. Dari memandikan kerbau hingga belajar membuat kopi, setiap pengalaman membawa pengunjung lebih dekat dengan jiwa Muncar.
Masa Depan Desa yang Berakar pada Tradisi
Sofi tahu, kemajuan tak boleh dibayar dengan kehilangan identitas. Ia menolak gagasan komersialisasi yang berlebihan. Desa Muncar tetap terbuka dan gratis untuk dikunjungi, sebuah prinsip yang ia pegang teguh. Berkunjung ke desa ini tidak ditarik tiket masuk. Pendapatan datang dari paket-paket wisata dan homestay. Ekonomi berputar melalui peran serta warga.
Melangkah ke masa depan, Sofi melihat Muncar bukan sekadar destinasi wisata, tapi sebuah pusat percontohan ekowisata dan kewirausahaan berbasis komunitas. Dengan merek dagang "Moncer" yang telah terdaftar dalam HAKI, ia memproteksi identitas desa agar tidak dieksploitasi. Sofi percaya, hanya dengan mempertahankan keaslian dan rasa kebersamaan, Desa Muncar dapat terus tumbuh tanpa kehilangan jiwa.
Masa depan Desa Muncar ada dalam genggaman warganya sendiri—anak-anak muda yang kini terinspirasi untuk tinggal, bekerja, dan membangun desa. Mereka tidak lagi memandang kota sebagai satu-satunya tempat untuk mencari kehidupan. Harapan kini tumbuh di tanah sendiri, berakar pada kopi, budaya, dan rasa saling percaya.
Kisah Desa Muncar yang Semakin Moncer
Kisah Sofi dan Desa Muncar adalah kisah tentang keberanian memaknai perubahan. Dari sebuah desa kecil di kaki gunung, Muncar kini berdiri sebagai simbol bagaimana visi, cinta, dan kerja keras dapat mengubah nasib. Ini bukan sekadar cerita tentang kopi atau pariwisata. Ini adalah cerita tentang iman kepada potensi lokal—tentang seorang pemuda yang melihat apa yang orang lain abaikan, dan tentang desa yang memilih untuk menyala, bukan sekadar bersinar sebentar lalu padam.
Masa depan Desa Muncar mungkin masih jauh di depan, namun jalurnya sudah jelas. Bersama Sofi dan generasi berikutnya, Muncar akan terus moncer—memberi cahaya dan kesejahteraan, tak hanya bagi warganya, tapi juga bagi siapa saja yang berani bermimpi besar di tempat kecil. #BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia