China Luncurkan Pesawat Antariksa Berawak Shenzhou-19
- Wang Jiangbo/Xinhua.
Teknodaily – China telah meluncurkan pesawat antariksa berawak Shenzhou-19 pada Rabu 30 Oktober 2024 pukul 04.27 Waktu Beijing (pukul 03.27 WIB) dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di China barat laut.
Menurut Badan Antariksa Berawak China (China Manned Space Agency/CMSA), Shenzhou-19 merupakan misi penerbangan ke-33 dari program antariksa berawak sekaligus misi berawak keempat China selama tahap pengaplikasian dan pembangunan stasiun luar angkasa negara itu.
Dalam sebuah konferensi pers, Wakil Direktur CMSA, Lin Xiqiang, menyampaikan bahwa peluncuran itu menggunakan roket pengangkut Long March-2F. Roket itu akan diisi dengan bahan pembakar dalam waktu dekat.
Usai memasuki orbit, wahana antariksa Shenzhou-19 akan melakukan manuver pertemuan (rendezvous) dan penambatan (docking) secara cepat dan otomatis dengan port depan modul inti stasiun luar angkasa, Tianhe, dalam waktu sekitar 6,5 jam, sehingga membentuk kombinasi tiga modul dan tiga wahana antariksa, menurut Lin.
Kualitas produk dari wahana antariksa Shenzhou-19 dan roket pengangkut Long March-2F telah terjamin. Kru Shenzhou-19 berada dalam kondisi baik. Berbagai fasilitas dan peralatan sistem darat beroperasi dengan stabil, disampaikan Lin.
Lin menambahkan bahwa kombinasi stasiun luar angkasa itu kini dalam status normal dan semua persiapan peluncuran telah rampung.
Kru Shenzhou-18, yang saat ini berada di orbit, dijadwalkan kembali ke situs pendaratan Dongfeng pada 4 November usai merampungkan serah terima pekerjaan kepada kru Shenzhou-19.
Menurut Lin, mengingat dampak Topan Super Yagi terhadap Situs Peluncuran Wahana Antariksa Wenchang di Provinsi Hainan, China selatan yang merupakan lokasi wahana antariksa kargo Tianzhou-8 akan diluncurkan, misi Tianzhou-8 akan dijadwalkan ulang menjadi pertengahan November mendatang.
Berbagai persiapan untuk misi Tianzhou-8 berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang direvisi. Lin menambahkan bahwa perencanaan misi stasiun luar angkasa China telah mempertimbangkan situasi serupa, dan saat ini mereka memiliki pasokan material yang cukup di orbit.