Militer Israel Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Operasi di Gaza!
- al-monitor.com
Teknodaily – Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza, dan militer mereka menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menentukan target serangan.
Dikenal sebagai 'pabrik target', sistem AI ini bisa meningkatkan efisiensi operasi militer dengan meningkatkan jumlah sasaran yang dapat diidentifikasi.
IDF (Israel Defence Forces) mengklaim bahwa sistem ini dapat memproduksi lebih dari 70.000 persen target lebih cepat daripada sebelumnya.
Meski demikian, beberapa pihak mengkritik penggunaan AI, menyebutnya sebagai "pabrik pembunuhan massal" yang lebih fokus pada kuantitas daripada kualitas.
Sistem ini menciptakan dilema etika karena meningkatkan risiko kerugian bagi warga sipil.
Meskipun gencatan senjata internasional mendesak, serangan IDF terus berlanjut, menimbulkan kekhawatiran akan dampak kemanusiaan di Jalur Gaza.
Penggunaan Kecerdasan Buatan oleh Militer Israel di Jalur Gaza** Militer Israel tetap agresif dalam kampanye serangannya di Jalur Gaza dan menerapkan strategi baru dengan mengandalkan kecerdasan buatan (AI).
Dalam apa yang mereka sebut 'pabrik target', sistem AI membantu mengidentifikasi dan menentukan sasaran serangan dengan lebih efisien.
Optimalisasi Sistem 'Pabrik Target' Sejak diaktifkan pada tahun 2019, 'pabrik target' telah menjadi bagian integral dari operasi militer Israel di Jalur Gaza.
Sistem ini bekerja dengan unit intelijen militer untuk menemukan dan menilai sasaran yang akan diserang.
Meskipun mendapat pengakuan untuk meningkatkan efisiensi, sistem ini juga menuai kritik keras.
Kontroversi Penggunaan AI Meskipun IDF menekankan bahwa keamanan dan akurasi tetap menjadi prioritas utama, beberapa pihak menyatakan keprihatinan terhadap dampak kemanusiaan dari penggunaan sistem AI dalam konflik bersenjata.
Sistem ini, yang dapat menghasilkan ratusan target dalam sehari, memunculkan kekhawatiran akan potensi kerugian bagi warga sipil.
"Pabrik Pembunuhan Massal" Beberapa kritikus menyebut sistem ini sebagai "pabrik pembunuhan massal" karena fokusnya pada kuantitas target daripada kualitas informasi yang dihasilkan.
Dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas operasi militer, apakah keamanan warga sipil harus dikorbankan menjadi pertanyaan etika yang mendalam.
Tantangan Etika dan Dampak Kemanusiaan Dengan serangan terus berlanjut meskipun gencatan senjata internasional, muncul pertanyaan serius tentang dampak kemanusiaan dari penggunaan kecerdasan buatan dalam konteks konflik bersenjata.
Apakah keuntungan operasional yang diperoleh dari sistem ini sebanding dengan risiko kerugian bagi warga sipil?
Meskipun kecerdasan buatan telah membuka peluang baru dalam konteks militer, penggunaannya harus terus diawasi dan dievaluasi dengan cermat untuk memastikan keamanan dan kepatuhan terhadap norma-norma internasional.
Dalam konteks konflik seperti di Jalur Gaza, penekanan pada nilai-nilai kemanusiaan dan pematuhan hukum internasional menjadi semakin penting dalam mengelola dampak dari teknologi yang terus berkembang.