Kenapa Dunia Panik Kalau Selat Hormuz Ditutup? Ini 7 Alasannya
- Teknodaily / Rmarcella
Teknodaily – Selat Hormuz ditutup mungkin terdengar seperti skenario ekstrem, tapi skenario inilah yang paling ditakuti oleh dunia internasional saat ini. Selat sempit yang membentang antara Iran dan Oman ini menjadi jalur utama bagi lebih dari 20% pasokan minyak mentah global setiap harinya.
Satu gangguan kecil saja di jalur ini bisa membuat harga minyak meroket, rantai pasokan terganggu, dan ekonomi global goyah. Maka tak heran, setiap kali muncul ancaman terkait Selat Hormuz, pasar langsung bereaksi waspada.
Fakta Selat Hormuz Ditutup
Selat Hormuz yang akan ditutup
- Seatrade Maritime News
Banyak pengamat menyebut Selat Hormuz sebagai titik krusial yang paling rentan dalam perdagangan energi dunia. Dengan latar belakang geopolitik yang panas dan kepentingan strategis dari berbagai negara besar, Selat ini lebih dari sekadar jalur pelayaran biasa, tentunya sebagai simbol kekuatan, pengaruh, dan ketegangan internasional.
Dari ancaman embargo, manuver militer, hingga serangan terhadap kapal tanker, semua bisa memicu krisis dalam hitungan jam. Untuk memahami mengapa dunia begitu waspada, yuk simak 7 alasan kenapa banyak negara panik jika Selat Hormuz ditutup.
1. Jalur Energi Paling Penting di Dunia
Setiap hari, sekitar 18 juta barel minyak melewati Selat Hormuz. Negara-negara besar penghasil minyak seperti Arab Saudi, Irak, Iran, UEA, dan Kuwait mengandalkan selat ini sebagai jalur ekspor utama. Bahkan Qatar, sebagai pemasok gas alam cair (LNG), sangat bergantung pada selat ini untuk mengalirkan energi ke pasar Asia dan Eropa.
2. Efek Domino terhadap Ekonomi Global
Sedikit saja gangguan, seperti penyitaan kapal atau blokade taktis, bisa memicu lonjakan harga minyak yang ekstrem. Dampaknya tidak hanya terasa di SPBU, tapi juga pada inflasi, logistik, dan sektor industri di banyak negara. Beberapa kali dunia sudah membuktikan betapa rentannya pasar saat terjadi ketegangan di kawasan ini.
3. Iran dan Kartu Penekan Strategisnya
Iran punya posisi dominan di utara selat, termasuk pangkalan militer di pulau-pulau penting seperti Qeshm dan Hormuz. Negara ini dikenal sering menggunakan ancaman penutupan Selat Hormuz sebagai reaksi atas sanksi atau tekanan Barat. Ini bukan hanya strategi militer, tapi juga alat diplomasi yang sangat kuat.
4. Ketegangan Militer Tak Pernah Reda
Amerika Serikat rutin mengerahkan Armada Kelima untuk mengamankan jalur ini. Sementara itu, Iran secara berkala mengadakan latihan militer di sekitar selat. Situasi ini menciptakan risiko salah perhitungan yang bisa saja memicu konflik langsung antara kekuatan besar dunia.
5. Konflik Sejarah yang Panjang
Selat Hormuz sudah lama jadi wilayah panas. Mulai dari serangan kapal tanker saat Perang Iran-Irak, hingga insiden jatuhnya pesawat Iran Air oleh AS tahun 1988. Bahkan di tahun 2019, dunia kembali dibuat tegang saat Iran menyita kapal tanker milik Inggris. Semua peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas kawasan.
6. Bukan Cuma Energi yang Terancam
Tak banyak yang sadar, Selat Hormuz juga penting untuk perdagangan komoditas non-energi. Bahan pangan, elektronik, hingga suku cadang industri dari negara-negara Teluk juga melewati jalur ini. Jika selat ditutup, logistik global bisa lumpuh dan memperparah krisis di berbagai sektor.
7. Tarik Menarik Kepentingan Global
Ketergantungan terhadap Selat Hormuz tidak hanya datang dari negara-negara Teluk. Tiongkok, India, Jepang, hingga negara-negara Eropa punya kepentingan besar atas jalur ini. Maka tak heran, banyak dari mereka membentuk koalisi keamanan dan patroli laut bersama demi menjaga stabilitas.
Dari ketujuh poin di atas, semakin jelas bahwa stabilitas Selat Hormuz adalah kunci untuk menjaga ketenangan ekonomi dan politik global. Hingga kini, belum ada rute alternatif yang mampu menyaingi strategisnya posisi Selat Hormuz. Itulah sebabnya setiap kali muncul isu atau ancaman bahwa Selat Hormuz ditutup, dunia langsung dibuat waspada.