BYD Diprediksi Bakal Kembali Kalahkan Penjualan Tesla Tahun Ini
- BYD Indonesia
Teknodaily – Produsen kendaraan listrik (EV) asal China, BYD, diprediksi akan melampaui Tesla dalam penjualan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) tahun ini, menurut laporan terbaru dari Counterpoint Research. Perkembangan ini menyoroti perubahan dinamis dalam pasar EV global.
Pada kuartal kedua tahun ini, dilansir dari Firstpost, penjualan mobil listrik BYD mengalami peningkatan hampir 21% secara tahunan, mencapai 426.039 unit. Sebaliknya, pengiriman Tesla pada periode yang sama mengalami penurunan 4,8%, dengan total 443.956 kendaraan. Pertumbuhan signifikan dalam penjualan BYD ini menunjukkan dominasi yang semakin meningkat dari perusahaan tersebut di sektor EV.
Pencapaian Produksi
Tahun lalu, produksi keseluruhan BYD, termasuk kendaraan berbasis baterai dan hibrida, melebihi 3 juta unit, jauh melampaui 1,84 juta unit mobil Tesla. Secara khusus, BYD memproduksi 1,6 juta mobil penumpang berbasis baterai dan 1,4 juta mobil hibrida, sementara Tesla tetap menjadi pemimpin dalam produksi BEV saja. Meskipun demikian, BYD kehilangan posisinya sebagai vendor EV teratas kepada Tesla pada kuartal pertama tahun ini.
Dominasi China di Pasar Mobil Listrik Global
Terlepas dari kemunduran sementara, Counterpoint Research menekankan dominasi berkelanjutan China di pasar BEV, dengan BYD berada di garis depan. Penjualan BEV di China diperkirakan akan empat kali lipat dari penjualan di Amerika Utara pada tahun 2024, dengan China mempertahankan lebih dari 50% pangsa pasar BEV global hingga tahun 2027. Pada tahun 2030, penjualan BEV di China diperkirakan akan melebihi gabungan penjualan di Amerika Utara dan Eropa.
Respons Uni Eropa terhadap Pertumbuhan EV China
Sebagai respons terhadap pengaruh yang meningkat dari EV China, Uni Eropa telah mengumumkan tarif tambahan pada produsen EV China untuk melindungi industri EV di Uni Eropa.
BYD kemungkinan akan dikenakan tarif sebesar 17,4%, SAIC 38,1%, dan Geely 20%, di atas tarif standar 10% yang sudah dikenakan pada EV impor. Tarif sementara ini akan diterapkan mulai 4 Juli, kecuali jika diskusi yang sedang berlangsung dengan otoritas China menghasilkan resolusi.
Uni Eropa berharap tarif baru ini akan menciptakan lapangan bermain yang setara bagi produsen EV Eropa, yang kesulitan bersaing dengan impor China yang lebih murah. Menurut Liz Lee, direktur asosiasi di Counterpoint Research, tarif ini mungkin mendorong produsen mobil China untuk lebih fokus pada pasar berkembang seperti Timur Tengah dan Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara, serta Australia dan Selandia Baru.
Prospek Masa Depan
Penjualan BEV global diperkirakan akan mencapai 10 juta unit pada tahun 2024, didukung oleh upaya untuk meningkatkan efisiensi biaya dan keterjangkauan EV dan baterainya. Penurunan berkelanjutan dari kendaraan mesin pembakaran internal juga berkontribusi pada pertumbuhan ini.
Lanskap pasar EV yang terus berkembang, ditandai oleh kenaikan cepat BYD dan perubahan strategi yang strategis, menyoroti perubahan signifikan dan dinamika kompetitif yang membentuk masa depan transportasi global.