Waspada, Kejahatan Siber Menggunakan AI Semakin Canggih

Ilustrasi Artificial intelligence (AI).
Sumber :
  • Pixabay.

Kaspersky juga baru-baru ini melakukan penelitian komprehensif lainnya tentang penggunaan AI untuk memecahkan kata sandi. Sebagian besar kata sandi disimpan dalam bentuk terenkripsi dengan fungsi hash kriptografi seperti MD5 dan SHA.

Meskipun mudah untuk mengubah kata sandi teks menjadi baris terenkripsi, membalikkan proses tersebut merupakan tantangan.

Sayangnya, kebocoran basis data kata sandi terjadi secara berkala, yang memengaruhi perusahaan kecil dan pemimpin teknologi. Pada Juli 2024, kompilasi kata sandi yang bocor terbesar hingga saat ini telah dipublikasikan secara daring, yang berisi sekitar 10 miliar baris dengan 8,2 miliar kata sandi unik.

"Kami menganalisis kebocoran data besar-besaran ini dan menemukan bahwa 32 persen kata sandi pengguna tidak cukup kuat dan dapat dikembalikan dari bentuk hash terenkripsi menggunakan algoritma brute-force sederhana dan GPU 4090 modern dalam waktu kurang dari 60 menit," kata Alexey Antonov, Kepala Ilmuwan Data Kaspersky mengutip VIVA.co.id.

Ia mengaku melatih model bahasa pada basis data kata sandi dan mencoba memeriksa kata sandi dengan metode AI yang diperoleh. Karena itu, Kaspersky menemukan bahwa 78 persen kata sandi dapat dipecahkan dengan cara ini, yang sekitar tiga kali lebih cepat daripada menggunakan algoritma brute-force.

"Hanya 7 persen dari kata sandi tersebut yang cukup kuat untuk menahan serangan jangka panjang," jelasnya.

Rekayasa sosial dengan AI