Gawat, Starlink Elon Musk Diklaim Bisa Dilumpuhkan Kapal Selam China

Elon Musk
Sumber :
  • pixabay

Ingin Larangan Masuk iPhone-16 Dicabut, Apple Janjikan Investasi Rp158 Miliar di Indonesia

Operasi anti-satelit dari permukaan cenderung terdeteksi oleh musuh. Laporan tersebut menjelaskan bahwa peluncuran rudal seringkali meninggalkan jejak asap yang luas. Menyerang dari lokasi permukaan memudahkan pengungkapan lokasi peluncuran, sehingga menciptakan celah bagi artileri musuh untuk melancarkan serangan, mengutip situs Interesting Engineering.

“Mengambil contoh satelit yang diluncurkan oleh Starlink. Jumlahnya banyak, padat, dan berukuran kecil. Ini yang menjadikan jaringan satelit sangat tangguh. Sekali pun sejumlah besar satelit hancur tapi masih terdapat cadangan yang diperlukan untuk menggantikannya. Karena itu, menggunakan rudal untuk menyerang satelit semacam itu sangatlah tidak efisien. Senjata laser berbasis kapal selam dapat mengatasi masalah ini," tegas Wang. Untuk melaksanakan misi tersebut, satu atau lebih kapal selam yang dilengkapi laser pada awalnya dikirim ke wilayah maritim.

iPhone 16 Dilarang Masuk, Indonesia Tak Lagi Disebut Apple

Mengikuti arahan pimpinan, mereka memasuki wilayah laut yang ditentukan dan menunggu satelit masuk ke jangkauan serangan mereka.

Waktu pengangkatan senjata laser diatur berdasarkan waktu overhead satelit yang diperoleh sebelumnya. Senjata laser diangkat ketika satelit mencapai jangkauan serangan.

Google Maps Tingkatkan Navigasi, Jalur Bakal Lebih Akurat

"Karena keterbatasan peralatan pendeteksi kapal selam, diperlukan pasukan lain untuk memberikan panduan posisi satelit agar kapal selam dapat menyerang satelit. Setelah serangan selesai, kapal selam dapat menyelam dan menunggu misi berikutnya atau kembali ke pelabuhan asal," papar dia.

Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa Beijing khawatir SpaceX sedang membangun jaringan ‘satelit mata-mata’ untuk Amerika Serikat (AS). Tujuan utama satelit Starlink adalah komunikasi. Namun, beberapa pakar militer Cina telah menyatakan kekhawatirannya bahwa satelit Starlink di masa depan mungkin membawa muatan tambahan untuk operasi militer seperti interferensi elektronik dan pengintaian.