Idan Awaludin dan Pokentik, Gerakan Kecil yang Bermakna Besar
- Pokentik
Pokentik lahir pada akhir 2016, ketika Indonesia tengah menghadapi ancaman penyakit berbasis nyamuk di berbagai daerah. Saat itu, Aedes aegypti—sang pembawa virus demam berdarah—sudah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia.
Dampaknya tak hanya pada kesehatan masyarakat, tetapi juga pada ekonomi, dengan kerugian medis mencapai hampir 1 triliun rupiah. Idan melihat, cara terbaik untuk melawan ancaman ini bukanlah sekadar mengandalkan petugas kesehatan, melainkan dengan menggerakkan masyarakat secara langsung.
Pokentik hadir sebagai alat yang memudahkan masyarakat melakukan survei jentik secara mandiri. Dengan fitur-fitur seperti pemetaan lokasi sarang nyamuk, survei digital, dan pengumpulan data secara spasial, aplikasi ini menjadi pilar penting bagi program Satu Rumah Satu Jumantik. Setiap aktivitas dilaporkan dalam aplikasi dan dikumpulkan dalam database di pokentik.com, memungkinkan masyarakat dan pemerintah memantau upaya pemberantasan nyamuk secara real-time.
Yang membuat aplikasi ini istimewa adalah sistem poin dan penghargaan bagi pengguna yang aktif. Poin yang dikumpulkan bisa ditukar dengan perangkat penangkap nyamuk, yang disediakan melalui kolaborasi dengan sponsor dan mitra.
Perjuangan Melalui Kolaborasi dan Sosialisasi
Tak hanya di tingkat lokal, gagasan Idan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Palembang turut mendukung sosialisasi aplikasi Pokentik. Idan dan timnya juga bekerja sama dengan Griffith University di Australia, memperluas wawasan mereka dalam promosi kesehatan dan komunikasi risiko. Kolaborasi ini membuat Pokentik semakin matang dan siap menjangkau wilayah yang lebih luas.