Perjuangan Mendidik Nelayan Menangkap Ikan Sidat Ramah Lingkungan

Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR).
Sumber :
  • Dok. Astra,

Teknodaily – Kabupaten Bengkulu merupakan salah satu penghasil ikan sidat terbesar di Indonesia. Penangkapan ikan Sidat pun menjadi mata pencaharian utama nelayan di Bengkulu. 

10 Smartwatch dengan Fitur Anti Air dengan Harga di Bawah Rp1 Jutaan, Cocok untuk Olahraga & Aktivitas Outdoor

Namun kebanyakan nelayan di Bengkulu tidak mengetahui tata cara dan penangkapan ikan sidat yang benar. Mereka  menggunakan setrum untuk menangkap ikan hingga menyebabkan ikan hasil tangkapannya dalam keadaan mati.

Berawal dari keprihatinan tersebut tiga pemuda bergabung yakni Randi Anoma Putra, Akri Erfianda, dan Rego Damantara, bergabung dalam Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) untuk mensosialisasikan dampak penangkapan ikan menggunakan setrum listrik. Mereka mulai membiasakan warga untuk menangkap ikan dengan alat tradisional bubu.

Intip Spesifikasi Vivo V50e 5G yang Segera Rilis

Sejak 2016, mereka menyosialisasikan penangkapan ikan sidat ramah lingkungan dengan alat tradisional bubu kepada nelayan Desa Rawa Makmur dan Arga Makmur, Bengkulu. Dengan cara itu ikan sidat masih hidup ketika ditangkap. 

Dalam keadaan hidup, ikan sidat dihargai cukup mahal, Rp 45 ribu per kilogram. Nilainya naik dua kali lipat dibanding hasil tangkapan ikan sidat mati yang hanya dihargai Rp20 ribu per kilogram.

10 HP dengan Build Quality Tahan Air dan Debu (IP68) Terbaik 2025, Tangguh di Segala Medan!

Kualitasnya ikan sidat dengan bubu pun lebih baik, dan ikan sidat bisa dibesarkan hingga layak konsumsi. Bahkan layak ekspor. 

“Sudah layak diekspor,” kata Randi dan Rego.

Halaman Selanjutnya
img_title