Imbas Perang Dagang AS-China, Harga Bitcoin Bisa Tembus Rp1,6 Miliar

Bitcoin.
Sumber :
  • Bitcoin,

Teknodaily – Bitcoin kembali menjadi sorotan para investor di tengah situasi ekonomi tak menentu dan adanya perang dagang antara China serta Amerika Serikat. Sebagaimana diketahui, harga Bitcoin sempat melesat hingga menyentuh lebih dari US$100.000 atau setara Rp1,68 miliar, namun, belakangan ini justru mengalami penurunan tajam. 

Kini, pelaku pasar mempertanyakan, apakah tren bullish sudah berakhir, atau masih ada harapan untuk pemulihan dalam waktu dekat?

Analis kripto RLinda menyebutkan bahwa mata uang kripto Bitcoin mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah turun lebih dari 20 persen dari harga tertingginya sepanjang masa. Namun, dia menegaskan bahwa sinyal ini belum cukup untuk menyimpulkan bahwa tren penurunan telah berakhir. 

Masih ada beberapa level penting yang harus dilampaui sebelum breakout yang valid dapat dikonfirmasi. “Bitcoin menunjukkan kekuatan sejak berhasil kembali ke atas level US$80.000 atau sekitar Rp1,35 miliar,” ujar RLinda, seperti dikutip dari TradingView, Selasa, 22 April 2025.

Dia menjelaskan bahwa penguatan ini didorong oleh pertumbuhan indeks secara lokal serta harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga. Sentimen positif tersebut terjadi di tengah memanasnya perang tarif antara AS dan China, yang juga menjadi penyebab utama jatuhnya pasar kripto dalam beberapa bulan terakhir.

Dalam analisisnya, RLinda menyebut bahwa level kritis yang menjadi kunci adalah US$86.190 atau setara Rp1,45 miliar. Jika Bitcoin mampu melewati level ini dengan kuat, maka potensi kenaikan harga akan terbuka lebar.

“BTC saat ini bergerak di luar area resistensi channel menurun, dan sedang mengalami konsolidasi di sekitar level US$86.190. Jika level ini berhasil ditembus, maka kenaikan lanjutan akan terjadi,” jelas RLinda.

 

Setelah menembus level tersebut, resistensi besar berikutnya berada di USD88.800 atau sekitar Rp1,49 miliar. Artinya, perjalanan Bitcoin menuju level psikologis USD90.000 atau setara Rp1,52 miliar, masih cukup panjang.

 

Meskipun ada harapan jika harga berhasil melewati USD86.190, RLinda mengingatkan bahwa ada kemungkinan penurunan tetap berlanjut jika level tersebut gagal ditembus. Jika tekanan dari pihak bear lebih kuat, maka level support Bitcoin akan semakin rendah.

 

Menurutnya, support pertama berada di USD83.170 atau sekitar Rp1,4 miliar. Jika level ini tembus ke bawah, maka support berikutnya adalah USD78.170 atau sekitar Rp1,32 miliar. Penurunan tersebut bisa membawa Bitcoin kembali ke level terendah pada Maret 2025.

 

“Terkait level USD88.800, kita harus memperhatikan reaksi harga,” kata RLinda. “Pendekatan tajam dengan tujuan untuk menguji level tersebut pertama kali bisa berakhir dengan false breakout dan koreksi.”

 

Saat berita ini dibuat pada Selasa, 22 April 2025, pukul 11.25 WIB, harga Bitcoin berada di USD88.264 atau setara Rp1,48 miliar.